SUMATERA
Pulau keenam terbesar di dunia seluas 473.481km2 dengan penduduk total 52.210.926 (2010), dikenal juga dengan bebearapa sebutan lain diantaranya Pualu Percha, Andalas, Suwarnadipa (pulau emas), Swarnnabhumi (tanah emas), Bumi Melayu pada awalnya dikunjungi untuk mendapatkan kemenyan dan kapur barus seanjutnya tumbuh sebagai pulau dengan kekayaan tambang termasuk minyak dan perkebunan. Dengan 10 provinsi Sumatera memiliki 10 Kota besar terurut yaitu: Medan, Palembang, Bandar Lampung, Pekanbaru, Batam, Padang, Jambi, Bengkulu, Banda Aceh dan Pematang Siantar. Catatan Periplous tes Erythras Thalasses di tahun 70 tentang pulau ini menyebutkan Chryse Nesoso (Pulau Emas).
MEDAN
Kota Medan, metropolitan dunia berbasis perkebunan di Semenanjung Malaka.(265,1 km2; 2.210.624 jiwa-2015; 1 juli 1590; industri perkebunan; Selat - Semenanjung Malaka). Kelahiran kota Medan tanggal 1 Juli 1590 mengacu pada pembangunan kampung Medan Baru oleh Raja Guru Patimpus di pertemuan Sungai Deli dan Babura, walaupun secara administratif baru pada tahun 1886 Medan berstatus sebagai kota, dan menjadi kota independen ditahun 1909. Antara abad 16 – 17 Medan menjadi ajang pertempuran antara penguasa Aceh dan Melayu-Deli.
Previous slide
Next slide

MEDAN

Kota Medan, metropolitan dunia berbasis perkebunan di Semenanjung Malaka.(265,1 km2; 2.210.624 jiwa-2015; 1 juli 1590; industri perkebunan; Selat – Semenanjung Malaka). Kelahiran kota Medan tanggal 1 Juli 1590 mengacu pada pembangunan kampung Medan Baru oleh Raja Guru Patimpus di pertemuan Sungai Deli dan Babura, walaupun secara administratif baru pada tahun 1886 Medan berstatus sebagai kota, dan menjadi kota independen ditahun 1909. Antara abad 16 – 17 Medan menjadi ajang pertempuran antara penguasa Aceh dan Melayu-Deli.

Sejak tahun 1865 tembakau berhasil dibudidayakan menjadi komoditas dunia di Medan dengan nama Tembakau Deli dan industri ini menjadikan Medan sebagai ibu kota Sumatera Utara, 1886, didukung oleh pelabuhan Labuan dimuara sungai Deli, perkembangan teknologi perkapalan Asia-Eropa sejak 1869 dan dibukanya terusan Suez. Pengusaha perkebunan dari berbagai bangsa Eropa bergaya hidup mewah dan menjadikan Medan sebagai The Paris of Sumatera. Kuli Cina, mulai didatangkan ke Medan pada tahun 1870 untuk perkebunan, dan mendorong didatangkan kuli Jawa sejak 1880 dan menetap menjadi komunitas Jadel.

Medan saat ini sebagai artefak dinamika perkembangannya terdiri dari: Istana dan mesjid kesultanan Deli yang dibangun antaran 1887 bersanding dengan permukiman bergaya Eropa yang dibangun antara 1898 – awal 1930an, dilengkapi dengan jaringan kereta api tahun 1883, jaringan air bersih tahun 1905, pelabuhan Belawan 1890 , Cityhall serta beberapa kantor pemerintahan di awal 1900an. Sementara permukiman melayu dan pendatang lokal hidup di perkampungan sultan secara terpisah di wilayah tenggara dan tepi kota, dan karena kondisinya yang buruk dilakukan perbaikan Kampung tahun 1925 didukung Batavia.

Sungai Deli menjadi penting karena memiliki pelabuhan Labuhan dan Belawan di muaranya, membelah kota sebagai sarana trasnportasi lama serta menjadi titik awal kota pada pertemuannya dengan sungai Babura.

Di sektor ekonomi ada 2 pasar yang menjadi kunci identitas kota Medan yaitu Pajak Ikan Lama berkembang pesat terutama komoditas kain setelah 1949, dan Pajak Sentral (Tua Pa Sat) yang menjadi pasar tradisional terbesar saat ini.

Ada beberapa tokoh kunci dalam perkembangan kota Medan: Sultan Mahmud Perkasa Alam, Sultan Ma’moen Al – RasyidPeter Wilhelm Janssen Jacob Nienhuys Tjong A Fie yang masing masing memberi warna kuat pada kota Medan saat ini secara fisik, sosial maupun ekonomi. Dalam tatanan masyarakat secara luas Kampung Medan (putri); Kampung Aur dan Kampung Keling dipilih untuk mewakili masyarakat Medan, yang masing masing mewakili masyarakat asli, pendatang lokal khususnya minang dan pendatang internasional khususnya Tamil dan Cina. Secara kebetulan ketiganya mewakili marginalisasi kedudukan sosial dalam perkembangan kota aksisbilitas dan letidak jelasan Kampung medan Putri, kesenjanga infrastruktur yang berdampak banjir yang tak terselesaikan serta persoalan narkoba dan kekerasan di kampung keling. Persoalan sosial ini nampaknya yang perlu segera ditangani sehingga anak remaja Butet dan Ucok tidak lagi akan mengalami Medan menjadi beragam konflik yang menyisakan kemunduran dari seluruh sisi kehidupan.

Kampung Aur, Kampung Keling, Kampung Deli

Kampong aur yang terletak di kelurahan Air, kecamatan Medan Maimun adalah kampong yang tumbuh bersama masyarakat Sumatera Barat (Padang). Berada pada posisi di pinggiran sungai Deli kampong ini dihuni oleh masyarakat kelas menengah kebawah. Disamping sering menghadapi bencana banjir, saat ini kampong aur juga dikenal sebagai kampung narkoba karena seringnya ditemukan penggunaan dan perdagangan narkoba. Padahal pada saat yang saat penduduk kampong aur juga dikenal sangat nasionalis.

Kampung keling juga dikenal sebagai kampong Madras di Medan dengan luas sekitar 10 ha. Pada awalnyamerupakan hunian pendatang dari India (Tamil) yang berwarna hitam atau keling. Walaupun pada saat sekarang banyak juga dijumpai penduduk beretnis Cina maupun penduduk etnis Sumatera Utara lainnya. Pengaruh India (keling) terbaca dari penamaan jalan, komoditas yang dihasilkan dan/atau diperdagangkan serta sarana umum misalnya kuil. Keturunan India yang asalnya tinggal disana umumnya telah tegrusur ke pinggiran karena tingginya harga lahan yang di kawasan strategis ini. Mereka tergusur ke pinggiran diantaranya kampong Angrung dan kampong kubur kawasan jalan Monginsidi Medan. Kuil Shrimaryaman (dibangun 1881) dan kuil Subramaniem adalah dua kuil terbesar dikawasan ini. Orang Tamil datang ke Sumatera Utara sekitar akhir abad 19 umumnya sebagai kuli perkebunan. Terncatat rombongan pertama datang sebanyak 25 orang pada tahun 1873 dan dipekerjakan oleh Nienhuys. Selanjutnya mereka juga dipekerjakan sebagai supir, penjaga malam, sais kereta, dan tenaga konstruksi untuk membangun jalan dan waduk. Pada akhir tahun 1930 kelompok ini di Medan mencapai sekitar 5000 orang.

Sungai Babura & Sungai Deli

Sungai Babura adalah anak sungai Deli terbentang sepanjang 36.570 km dari Sibolangit sampai Medan dengan luas catcment area sebesar 99 km2. Persoalan standar sungai di perkotaan dihadapi oleh Babura seperti : difungsikan sebagai tempat pembuangan sampah dan limbah, abrasi, sedimentasi dan kerusakan wilayah sempadan/riparian karena infasi permukiman – industri yang merusak subsistem vegetasi nya.

Sungai Deli adalah salah satu induk sungai pada satuan wilayah sungai Belawan mengallir dari kabupaten Karo, kabupaten Deli Serdang melintasi kota Medan sebelum bermuara ke selat Malaka. Pada awal berdirinya kota Medan, sungai ini merupakan urat nadi perdagangan ke daera lain. Menipisnya kawasan hutan didaerah hulu serta pencemaran akibat pemukiman disepanjang sungai berdampak pada pendangkalan dan penurunan kualitas sungai berupa penurunan debit air, meningkatnya polusi, meningkatnya resiko banjir di musim hujan sampai tidak layak digunakan untuk mandi dan cuci. 70% limbah domestic 30% limbah industri.

Pajak Sentral, Pasar (Pajak) Ikan Lama​

Pajak Sentral (pajak=pasar) atau dikenal sebagai Tua pa sat adalah sebuah pasar yang terletak dipusat kota Medan didirikan mulai pada 29 April 1929 dan diselesaikan 21 des 1932. Dan dibuka perama alinya 1 Maret1933. Pdaa aalnya dianggap kurang berahasil sehngga ada tahun 1942 diturunkan ongkos penyewaan sesuaidengan kesanggupan pedagang. Pada thaun 1971 2 dari 4 bangunan pasar habis terbakar. Pada tahun 1978 2 bangunan tersisa juga terbakar sehingga pedagang menggelar usahanya dijalanan disekitar daerah tersebut. Pemerintah kemudian membangun pusat pasar dan Medan Mall pada tahun 1990. Komoditas yang dijual dipasar ini merupakan komoditas campuran dari kebutuhan sehari-hari. Buah tangan khas Smatera Utara berupa panganan, tekstil, kerajinan, maupun hasil bmi. Pengaruh kebudayaan cina nyata terlihat dari komoditas yag dijajakan, maupun etnis pedagang yang berusaha. Ada beberapa komoditas khas daerah yang menandai kebudayaan local misalnya andaliman rempah sebangsa merica, perlengkapan sembahyang Cina, anyaman dari wilayah pinggiran kota Medan.

Pasar ikan Medan (dibuka 1890) awalnya adalah tempat penjualan ikan hasil laut Belawan yang diangkut dengan tongkang melalui sungai Deli. Komoditas berubah karena sungai Deli yang tidak bisa lagi dilayari dan berdirinya pajak sentral yang menampung komoditas ikan dan sayur mayur. Saat ini lebih dikenal sebagai pasar tekstil. Terletak dipusat kota dikawasan Kesawan daerah ini merupakan pusat perniagaan utama pada masa kejayaa Sultan Deli. Umumnya pengunjung pasar ikan lama, berasal dari berbagai daerah diwilayah Sumatera Utara dan Aceh. Keramaian meningkat dibulan puasa untuk mencari mukena, jilbab, kain, dan alat-alat shalat. Bahkan dari kota-kota di Negara lain di Semenanjung  Malaka.

Butet dan Ucok

Butet dan Ucok adalah panggilan untuk anak perempuan dan anak lelaki Medan. Berpotensi memiliki latar belakang etnis Melayu, Tionghoa, Etnis Sumatera Utara, Aceh, Jawa dan Sumatera Barat termasuk darah Eropa.  Dengan postur badan yang kekar, mayoritas anak-anak Medan berkulit gelap dan berambut lurus. Umumnya dtemukan wajah wajah berhidung besar, dengan tulang pipi yangtinggi, mata kecil bulat, dan alis sedang. Berpelipis tinggi, bibir tebal dan rahang yang cenderung kotak, menjadi gambaran raut wajah anak-anak Medan.

Pancake Durian

Karena luasnya wilayah penghasil durian di 32 Kabupaten/Kota sekitar Medan, maka Medan tidak seperti kota-kota lain di Indonesia selalu memiliki pasokan durian. Suplai menerus dalam kualitas baik dan harga terjngkau mendorong kreatifitas masyrakt untuk mengembangkan produk turunan buah durian berupa daging durian tanpa biji yang dibungkus oleh kue dadar tipis yag memudahkan penikmat durian untuk makan dan membawa buah tangan dari kota Medan ini. Tidak diketahui sejak kapan pancake durian menjadi salah satu ikon buah tangan kota Medan, tetapi sampai dengan sampai saat ini dia menjadi buah tangan favorit bagi wisatawan yang berkunjung ke kota Medan

Kuning Kare

Warna Kuning kare mewakili kota Medan dengan rona kota yang terpengaruh unsur budaya Melayu, warna kuning keemasan yang muncul di ragam motif dan ornamen lokal, serta kuliner yang didominasi makanan bersantan dan berempah.

Rangkuman/Tantangan yang dihadapi/Network yang ada

Kota Medan sebagai salah satu metropolitan di Indonesia umumnya menghadapi kebijakan pemerintah yang berasumsi bahwa kota ini berorientasi ke Jakarta. Tetapi pada kenyatannya kota Medan ini tidak pernah berorientasi ke Karata. Kota Medan tumbuh krn tembakau Deli berualitas tinggi yang tumbuh subur di wilayah ini kemudian diasarkan ke Eropa melalui semenanjung Malaka. Disamping itu usaha perkebunan baik tebakau maupun kopi, karet, kelapa sawit mendorong migrasi pekerja/kuli dari kota-kota sekitar semenanjung Malak, Tiongkok Selatan, dan kemudian Jawa. Perjalanan industry perkebunan ini menjadikan Medan sebagai kota di Sumatera Utara yang berorientasi ke Semenanjung Malaka, dan berbagi budaya, Jaringan ekonomi, kelekatan historis, serta karakteristik dasar lainnya dengan kota-kota di Semenanjung Malaka seperti Malaka, Pineng, dan Singapura.

Dibandingkan kota-kota di Jawa dan Manado, di Sulawesi peradaban kota Medan relative muda dan terpapar pada jejaring internasional yang dinafikan. Besar kemunkinan remaja Medan menghadapi kecanggungan identitas dan kekurangmampuan untuk mengekspresikan diri sebagai remaja Medan yang dibanggakan.